Gereja
Katedral Koptik di Kairo, Mesir, Minggu (11/12/2016) dibom dan mengakibatkan 25
orang tewas dan 49 lainnya luka-luka. Bom meledak saat jemaat di gereja sedang
melaksanakan ibadah misa. Sampai saat ini belum ada pernyataan dan informasi mengenai siapa dalang atas insiden tersebut.
"Begitu
imam memanggil kami untuk mempersiapkan doa, ledakan terjadi. Debu menutupi
lorong, tapi saya berusaha mencari pintu. Meski tidak bisa melihat apa-apa,
saya berhasil keluar dari gereja. Saya banyak mendengar jeritan dan banyak tubuh bergelimpangan," ujar salah seorang saksi mata Emad Shoukry.
Bom yang diketahui
berisi 12 kilogram TNT itu meledak di bagian jemaat perempuan, karena itulah kebanyakan
korban dalam insiden tersebut adalah wanita. Selain itu, Otoritas Keamanan
Mesir menyebut enam orang anak meninggal. Sesaat setelah ledakan terjadi, jalanan di sekitar gereja dipenuhi kendaraan lapis baja dan pengunjuk rasa.
Atas
kejadian ini Kantor Kepresidenan Mesir menyatakan berkabung selama tiga hari,
sejak Minggu, untuk menghormati para korban. Pemerintah negara itu juga
mengutuk kejadian yang disebut sebagai aksi terorisme. "Kami akan
melindungi persatuan nasional kami," ujar Hani Bakhoum, salah seorang wakil
dari Katolik Koptik Mesir, yang meyakini bahwa peristiwa tersebut tak akan
memecah belah Mesir.
Bakhoum menuturkan, Mesir tak akan membiarkan teroris mengancam persatuan nasional. Ironisnya, meski sampai saat ini belum ada pihak yang mengaku bertanggungjawab, namun, sejumlah kelompok militan merayakan ledakan bom itu di media sosial.